Rabu, 28 Maret 2012

"24.000 jepitan rambut untuk 10 sepeda"




Bermula dari perkenalanku di dunia maya dengan  seoarang kepala sekolah yang begitu energik memperjuangkan  sekolahnya. Kepala sekolah yang bernama  Ibu Tuti dari SMPN 3  Curug, yang tidak pernah bosan  mengabarkan  bagaimana  kondisi sulit sekolahnya yang masih menumpang di sekolah lain sungguh mengetuk pintu hati saya, dan  pertanyaan  besar dalam benak saya saat itu mengapa sebuah sekolah bisa disebut sekolah negri tanpa ada bangunannya. Semakin  ingin  saya mengetahuinya dan  saya berharap bisa membantu sisi lain dari segi ekonomi keluarga murid-muridnya.Jadilah kami janjian  dan saya bermaksud memberikan  seminar untuk orang tua disekolah tersebut sambil  mencoba melihat sisi lain  yang bisa dibangkitkan,saat itu tahun 2008 .


Ternyata Bu Tuti memanggil orang tua murid datang dengan  iming iming saya akan bantu mereka keluar dari kemiskinan.Sungguh beban yang luar biasa buat saya, namun ternyata seminar saya mencairkan  ketegangan  itu.Hampir semua orang tua menangis ketika  saya mengajak mereka  merenung kembali apa yang sudah mereka lakukan kepada anak-anaknya, sungguh tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya, karena memang tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, dan  mereka boro- boro bisa belajar lewat seminar, untuk makan saja  mereka masih susah.


Akhirnya saya mencoba  mencari benang merahnya mengapa kemiskinan itu selalu melekat, ternyata jawabannya adalah pendidikan.Tetapi bagaimana  pendidikan bisa berjalan jika kemiskinan selalu menghantui?Ternyata dari kondisi mereka  terbangun ide untuk membuat program lifeskill  agar mereka  bisa  hidup mandiri.Jadilah saya bawa bahan sisa garmen dan berkeinginan mengajari mereka bikin jepitan rambut, dan  bisa bantu sampai pemasarannya.Namun sayang sekali ternyata tidak sesuai harapan, bahkan sangat mengecewakan masyarakat yang konon katanya miskin  tidak  hanya miskin secara materi melainkan  juga miskin  mental.Mereka sangat banyak  alasan dan terkesan  memblok dirinya untuk berubah.Akhirnya saya bersama  Ibu Tuti mengalihkan  program ini untuk 527 anak anak menjadi program kecakapan  siswa yang diyakini tidak mengganggu kurikulum sekolah.


Jadilah kami mengajak pihak  Daai TV untuk meliput kegiatan  mereka  dengan tagline” 24 ribu jepitan  rambut untuk membeli 10 sepeda “  sengaja kita tujukan  untuk membantu anak anak miskin  yang kebetulan  harus berjalan  mencapai 1 – 2 km  menuju sekolah.Tidak gampang memang menggugah kepeduli dari pihak lain, tetapi kami menawarkan  program kami ke perusahaan perusahaan antara lain( Garuda Food, Tupperware, CNI dll ) serta kesempatan  jualan disetiap seminar saya, akhirnya dalam 2 tahun kami bisa membeli 13 sepeda.


Sungguh sebuah fenomena yang sangat menggugah, dimana  ada kesan  yang mendalam dari anak-anak, bahwa  sepeda bisa rusak dan bisa hilang tetapi apa yang ditanamkan  kami dari Rumah Moral akan membekas  dihati mereka selama lamanya.Mental berjuang dengan cerdas dan kreatif itu nilai yang tersampaikan  pada mereka.Sungguh  bahagia, program ini bukan  hanya membantu mereka melainkan  juga semakin membuat kami optimis dan terus menyebar konsep tidak meminta melainkan berusaha dengan kedua tangan kita.Inilah awal keberhasilan  kami dan  awal dari perjalanan  kami , dan kami yakin  sekali walau hanya sebesar debu kami tetap bisa berkontribusi membangun negri ini.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar