Latar belakang Rumah Moral


Latar belakang rumah moral



Rumah  Moral hanya sebuah gagasan seorang  Melly Kiong, yang merasa prihatin dengan  mental juang yang begitu rapuh pada generasi  anak anak sekarang.
Problem mental juang ini bukan lagi hanya melekat pada anak anak yang berkecukupan namun  pada kalangan ekonomi menengah ke bawah juga .
Apa yang salah dari perubahan  ini, apakah anak anak begitu dengan sendirinya? Tentu tidak, orang tua dan lingkungan  yang sudah tidak mengajarkan  kepada mereka  tentang pentingnya daya juang.
Semua  yang diinginkan  oleh anak selalu tersedia dengan segala alasan  yang dipaparkan oleh orang tua .
Atas  dasar keprihatinan  itulah kemudian Melly Kiong membuat program  sosial  yang melibatkan  anak anak dari segala kondisi kekurangan, baik yang kurang secara ekonomi ( anak yang miskin), fisik ( tuna rungu), mental ( down sindroma)  maupun kesehatan ( anak kanker ) dengan  membuat program program kemanusiaan yang intinya menanamkan  daya juang lewat pemberdayaan  anak anak dengan   program lifeskillnya .
Intinya  program Rumah Moral tidak membangun program  yang memberikan  ikan kepada anak anak melainkan mengajari mereka  untuk memancing.
Dan tujuan akhir dari semua program ini adalah hanya bermaksud mengembalikan  hak anak yang kekurangan ini pada tempatnya bahwa mereka dengan segala kekurangannya mereka tetap bisa berkarya dan seharusnya orang orang yang merasa dirinya normal perlu bercermin dengan  mereka .
Rumah Moral  akan mengubah anak anak yang berkekurangan  menjadi mutiara bagi Bangsa Indonesia.
Misi :
Mengajak semua pihak  untuk saling peduli dan mengasihi
Visi :
Membangun mental juang anak bangsa



Program  Rumah

1.    10 sepeda untuk SMPN 3 Curug  Tangerang

Berawal dari jeritan sahabatku Ibu Tuti kepala sekolah  SMPN 3 Curug mengenai kondisi sekolahnya yang masih numpang dengan sekolah SD, atas dasar keprihatinan itulah  Rumah Moral bermaksud  membantu dengan membuka program lifeskill bagi orang tuanya, sehingga orang tua mempunyai skill untuk bisa memproduksi sesuatu yang berguna  dalam  membantu ekonomi keluarga.
Namun rencana tidak semulus dengan harapan, ternyata masyarakat yang miskin bukan hanya  minskin materi, namun juga miskin secara mental.
Program lifeskill yang dicanangkan  tidak mendapat sambutan yang baik dengan berbagai alasan, akhirnya kami memutuskan untuk menyelamatkan  anak anak, dan 520 anak diajarkan  bagaimana menggunakan  limbah garmen untuk bikin jepitan rambut, dan hasilnya untuk membeli 10 sepeda bagi anak anak yang harus jalan kaki ke sekolah sekitar 1 – 2 km.
Program “ 24.000 jepitan rambut untuk 10 sepeda” akhirnya berhasil dalam tempo 2 tahun dengan memberikan 13 buah sepeda.
Intinya bagi anak  anak adalah bukan sepedanya saja, melainkan mereka merasa terbuka  matanya dan mendapt pembelajaran , bahwa hidup itu harus kreatif dan inovatif, jika mental itu ada pada mereka, niscaya mereka  akan keluar dari kemiskinan.

2.    Centre Of Hope anak anak ISDI

ISDI singkatan dari Ikatan Sindroma Down Indonesia  yang mana Yayasan ini adalah kumpulan anak anak down sindroma  anak anak kelebihan kromosom  sehingga  terjadi gangguan  pertumbuhan  khususnya pada otak ( IQ berkisar 30 – 80 ) dan anak anak ini cenderung memiliki  bentuk wajah yang sama.
Anak anak demikian selalu mendapat perlakuan yang berbeda bukan hanya dimasyarakat melainkan dari orang tua maupun keluarga sendiri.Selama ini ada sebagian orang tua yang memberikan anak anaknya sekolah disekolah SLB , namun  pembelajaran yang didapat dari sekolah formal blm menjawab  kebutuhan  akan hidup mandiri yang diharapkan, untuk itulah ketua Yayasan  ISDI Ibu Yanti Yacob bersedia  menerima  tawaran  program lifeskill  dari Rumah Moral , dimana  kami membuat program tempelan kulkas yang terbuat dari limbah  pabrik furniture yang ditempelkan  lukisan  anak anak DS.
Program kami adalah “ 2 juta tempelan kulkas  utk sebuah Centre of Hope”
Impian  kami adalah dengan terwujudnya  Centre of Hope itu , anak anak DS bisa membuktikan  kepada dunia bahwa dengan keterbatasan mereka tidak menghalangi mereka untuk berkarya.
Dan  mereka bukan  sampah masyarakat justru merekalah mutiara bangsa yang sesungguhnya

3.    Program memijit bagi anak Tuna rungu di SLB Muara Sejahtera

Anak anak tuna rungu adalah anak yang hanya tidak bisa berkomunikasi secara normal, namun keterbatasan ini tetap menajdi kendala mereka dalam berkarya secara normal.
Untuk itulah Ruman Moral membuat program dengan bergandengan tangan bersama Ferry Wong mengajarkan mereka teknik memijit jaripuntur, dengan harapan mereka punya skill yang bisa dipakai untuk mencari sumber nafkah bagi hidupnya secara mandiri.

4.    Salon Dena Upakara

Sungguh beruntung Rumah Moral kembali bertemu dengan  anak anak tuna rungu di SLB Dena Upakara , konsep pembelajaran disini berbeda dengan  yang lain, dimana  mereka  tidak mengajarkan gerakan tangan melainkan  dengan  gerakan bibir ( oral) sehingga kemungkinan anak anak untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas lebih mudah.
Namun sekolah ini memberikan bekal ketrampilan hidup berupa ketrampilan menjahit, merajut dan menggunting rambut serta merias wajah.Dan bersyukur  Rumah Moral diberikan kesempatan untuk berpartisipasi membangun program sosial bersama  dengan  memfungsikan  limbah garment untuk memproduksi masker dan  seluruh penjualannya diperbantukan oleh Rumah Moral dengan program “ 50 juta untuk salon Dena Upakara “ dan  ternyata program ini berhasil dalam waktu 8 bulan dari hasil penjualan  masker  produksi mereka  dan berkat  kepedulian  dari salah satu sahabat Melly Kiong  yang bernama Bu Mega di Jakarta .

5.Anak Kanker di Dharmais

Program  ini bukan  hanya program yang dirancang bagi anak penderita kanker melainkan juga ke orang tua penderita kanker, dimana beban secara psikis itu sangat membebani orang tua maupun keluarga.
Harapan Rumah Moral dengan  membangun program lifeskill bagi orang tua penderita kanker bisa membantu mereka mengalihkan  beban pikiran mereka yang berat sehingga mereka  bisa lebih relax disamping itu mereka  juga bisa mengisi waktu menunggunya dengan  hal yang lebih positif  dan  bisa menghasilkan pula.
Program “ 25 komputer  untuk  anak anak kanker  “ dengan memberdayakan orang tua penderita memproduksi bros  dan jepitan rambut yang memfungsikan  limbah garmen , dimana  seluruh  hasil  penjualan  akan dibelikan  komputer  dengan  harapan dengan  adanya komputer anak anak penderita kanker  bisa mengisi waktunya dengan  bermain game maupun  internet.
Kegiatan  ini ternyata sangat  membantu anak anak menjadi anak anak yang lebih bersemangat  ketika  berada di rumah sakit.Tag line  kami adalah “ Lihatlah kami tetap berkarya” harapannya  masyarakat luas bisa mengadopsi semangat juang mereka  mengunakan   waktu mereka   yang tersisa sehingga bagi yang merasa dirinya sehat tidak  menyia nyiakan  waktunya.Ternyata kepedulian  juga datang dari Dragon Komputer  yang berpartisipasi  memberikan dukungan  dan tepatnya di perayaan Hari Kanker Anak  kami bisa merealisasikan  10 unit laptop kepada  Yayasan Yoai .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar